Langsung ke konten utama

NEW YORK (catatan perjalanan AS bagian 7 - akhir)


Persinggahan pertama dan terakhir saya adalah di kota New York. Kota favorit saya saat ini. Favorit banget! Saya merasa semua hal disana terasa tepat. Dari tempat saya menginap, saya bisa melihat World Trade Centre menjulang dengan adidaya-nya, AS yang dulu saya kenal. Walaupun tidak punya waktu untuk benar-benar seight seeing, saya bela-belain bangun subuh sebelum ke bandara supaya sempat lihat Wallstreet. Jalan itu sama sekali bukan dream working place saya, tetapi ada rasa  magis ketika melangkah di hadapan banyak kejadian besar dalam perekonomian dunia berlangsung.

Di New York saya hanya sempat diskusi di Kantor Perwakilan BI dan pergi ke factory outlet di Woodburry (agak jauh sih dari New York). Dalam perjalanan ke Woodburry saya melewati Sungai Manhattan, Brooklyn Bridge, dan melihat lanskap New York dari kejauhan. Cantik sekali, saya sampai mau menangis. Bahkan matahari seolah selalu ingin bertengger di posisi terbaik untuk memberikan sinar paripurnanya.


Cantik yang hakiki



Pemandangan dari Millenium Hotel, tempat rombongan kami menginap; credit to: Pak Faris Budiawan

Tanpa sadar saya malah tidak sempat mengambil gambar kota New York dalam posisi terindahnya. Mungkin kota besar ini memang sudah dirancang untuk memiliki kombinasi menawan atau mungkin Tuhan ingin menunjukkan sepercik keagungannya di tempat banyak orang memupuk mimpinya. Sampai-sampai Frank Sinatra berkata if you can make it in New York, you can make it anywhere.



New York begitu hidup.  Dulu saya sangat suka kota-kota besar di Eropa dengan bangunan kuno yang cantik, tetapi begitu langit gelap kota tua Eropa terasa amat sepi. Sampai saya berpikir buat apa indah tapi sepi, rasanya kayak cantik tapi tidak punya teman. Di Indonesia, teman banyak tetapi kotanya tidak manusiawi. New York seperti kombinasi baik keduanya, indah dan ramai. 

Saya bingung mengapa Rangga menganggap New York tidak ada. (*)


*pada prolog film Ada Apa Dengan Cinta (2) yang merupakan puisi berjudul Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur

Komentar

  1. One of my wildest dream bgt nih, tinggal di Amerika dan mengunjungi New York :""" beginilah kalau dari kecil udah nonton TV kabel dan hobinya nonton film Holywood lol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nis, bisa gak mau pulang kalo kamu kesana. PhD PhD wkwk

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak...

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba...

Dalaila Gisdara

Sebuah frase yang masih membuat saya sedikit geli tiap kali diucapkan, ketika kami ke klinik anak untuk imunisasi misalnya. Sebuah nama lengkap yang 100 persen dibuat oleh ayahnya, semudah mencuplik nama Dalai Lama dan Gusdur. Sejak awal kami berkomitmen untuk membuat nama yang sederhana dan Indonesia banget. Kendatipun demikian masih banyak yang bilang nama ini rumit dan berat. Yasudah, mudahnya panggil saja dia Agis. Agis punya wajah yang manis, entah, sampai sekarang masih dalam perdebatan mirip siapakah bayi ini. Saya suka sekali dengan senyumnya yang menyapa di pagi hari dan setiap malam sepulang saya dari kantor. Saya juga suka sekali dengan tangisnya saat minta minum atau merasa popoknya sudah tidak lagi nyaman. Saya menyukai tiap senti yang ada pada Agis, entah indah atau tidak. Kadang masih tidak percaya bahwa Agis adalah bagian dari saya, bahwa keberadaannya dimulai dari kehidupan saya.  Beberapa minggu setelah melahirkan Agis, saya sempat m...