Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Lembar Persembahan

Bismillahirrahmanirrahim. Ucapan tanpa batas untuk Yang Maha Kuasa, Allah SWT atas setiap nafasku dan keberkahanNya. Shalawat serta salam bagi junjunganku, Nabi Muhammad SAW atas teladannya.  Terima kasih kepada papa dan mamaku, Imam Anshori Saleh dan Dies Fatmawati atas cinta dan doa tulus yang tak pernah putus. Kepada adikku Hafida Fahmiasari , terima kasih telah banyak mengajariku -yang notabene lebih tua darimu-, pelajaran berharga untuk bertahan dalam segala kondisi. Keluarga kecil Taufika Rahardini , Holly Bilowo , Muhammad Fatah Azizi, dan Muhammad Fatih Al-Fadly , yang mewarnai hidupku dan senantiasa menghibur di saat penat. Kepada para sahabat terbaik, Stephanie Hadylaya, Karlina Aucia Augusta, Aldiena Bunga Fadhila, Giovanni Fadhillah Empel, Maharsi Wahyu Kinasih, Masagung Suksmonohadi, Danang Satriaji, Ninda Sasmita Putri, Amalia Insan Kamil, Bella Oktofira, Debbie Naomi Edriani, Emil Yaditya, Aulia Nur Rakhmawati, Andika Jaffiani Lestari, Poppy Danastri S

Penghujung Wajib Belajar 16 Tahun

Di sebuah hari yang terlupa namanya pada 1996, perjalanan wajib belajarku dimulai. Beginilah cuplikan selebrasi 16 tahun kemudian. Menanti kelulusan-kelulusan lanjutan. *foto diambil oleh: Riski Raisa Putra, Adlan Syahmi, Rahmia Hasniasari

Jalan-jalan

Macet seperti biasa masih menghiasi jendela kantor yang menyuguhi pemandangan jalanan Jakarta. Dua menit, lima menit, setengah jam. Rasanya sama saja untuk beranjak sekarang atau harus menunggu agak lama, otak sudah gusar. Dia minta pulang. Mari kita jalan-jalan! Jalan pulang yang semestinya hanya berjarak Seturan-Jalan Magelang berubah jadi Jogja-Karanganyar. Dibumbui dengan berhenti lama-lama dan pengap dalam busway yang penuh sesak.  Tak ada satu perjalanan pun yang tak menyenangkan. Aku melangkah ke kursi dekat supir, hanya untuk melihat selama apa dia akan bersabar karena jalurnya selalu diserobot orang. Sesekali ia melirik lewat spion tengah, hanya untuk memastikan banyak nyawa yang menumpang. Banyak orang yang sedang ditunggu di rumah masing-masing sedang ia bawa. Lalu si juru mudi menghela napas. Sabar telah menjadi pilihan pertama sekaligus terakhir baginya. Setiap hari. Di busway aku kehilangan efek grafitasi, karena tiap aku doyong tubuhku akan terdorong tegak l

Jauh

Panasnya Jogja mengingatkan saya pada neraka. Padahal tidak pernah kesana, aneh sekali. Beberapa kali saya kurang menyukai siang yang teriknya berlebihan. Membakar kulit adalah risiko ke sekian yang saya pikirkan, tetapi kemampuan matahari untuk mendekap mata hingga  mengriyip  sungguh tidak membuat nyaman. Apa yang salah dengan siang, apa yang salah dengan matahari. Siang sering mengajarkan tentang kenikmatan meneguk segelas jus segar. Siang juga membiarkan saya merasakan teduhnya rumah. Saat balita saya sering sekali menangis pada pukul 19.00. Sedih sekali mengetahui bahwa hari beranjak malam. Yang artinya penghuni rumah akan segera terlelap, yang artinya lagi dunia saya akan menjelma sepi. Hal itu terjadi karena kebiasaan saya tetap terjaga di malam hari, dan sedihnya hantu selalu dicitrakan akan keluar tengah malam. Malam sama tak bersalahnya. Setelah dewasa saya merasakan kekuatan malam sebagai ruang kontemplasi paling nyaman. Malam membuat lampu kota terlihat ratusa

Klise

Klise adalah ucapan  selamat ulang tahun semoga panjang umur. Klise adalah ucapan  semangat ya, kamu pasti bisa! Klise adalah ucapan  all iz well . Klise adalah ucapan  selamat tidur, semoga mimpi indah . Begitulah kiranya banyak orang mengatakan dengan mudah, ah klise . Mungkin mereka belum tahu bagaimana rasanya ingin menyayangi seseorang tapi tidak lagi menemukan kata-kata baru.  Atau mungkin mereka belum diizinkan untuk tahu bahwa saat jarak terbentang, seekspresif apapun seseorang kepada yang sedang dirindukan, pesannya akan sulit tersampaikan tanpa beberapa kalimat seru. Klise adalah wajar, karena mungkin sebuah kata tidak punya sinonim sebanyak hari yang dilalui manusia. Hidup pun klise, selalu diawali dengan bangun pagi dan diakhiri dengan mengantuk lalu pergi tidur. Selamat siang, semoga harimu menyenangkan! Tergugah oleh kabar haru sahabat yang sudah disetujui skripsinya dan pangeran yang sedang menjalani pekan yang bera

Hibernasi

Kebiasaan sangat buruk sudah menggelayuti saya –setidaknya setahunan ini- membiarkan laptop dalam hibernate mode. Bukannya sekalian melakukan shut down . Alasan utama kepraktisan selalu jadi pemenang dalam setiap pergulatan hati -yang khawatir perangkatnya akan rusak-. Salahkan skripsi dan kroninya. Membuat saya jadi tak rela membiarkan inspirasi “ilmiah” pergi karena menanti loading saat menyalakan laptop. Hampir menginjak dua bulan, pasca jadi sarjana, akhirnya saya ampuni laptop itu. Mati beberapa saat. Benar-benar mati. Pasti akan saya nyalakan lagi sih, tapi belum tahu kapan karena komputer rumah atau kantor barangkali jauh lebih menarik. Mungkin sudah sadar lama, tetapi baru mencoba mengakui bahwa nggak cuma laptop yang telah berhibernasi sering-sering dan lama-lama. Pemiliknya juga, saya. Sudah lama sekali hati terasa amat rapuh dan digerogoti melankolia kamar tertutup.Melankolia kamar tertutup adalah perasaan sedih berlebihan yang disebabkan berpikir sendiri berl