Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

NEW YORK (catatan perjalanan AS bagian 7 - akhir)

Persinggahan pertama dan terakhir saya adalah di kota New York. Kota favorit saya saat ini. Favorit banget ! Saya merasa semua hal disana terasa tepat. Dari tempat saya menginap, saya bisa melihat World Trade Centre  menjulang dengan adidaya-nya, AS yang dulu saya kenal. Walaupun tidak punya waktu untuk benar-benar seight seeing , saya bela-belain bangun subuh sebelum ke bandara supaya sempat lihat Wallstreet. Jalan itu sama sekali bukan dream working place saya, tetapi ada rasa  magis ketika melangkah di hadapan banyak kejadian besar dalam perekonomian dunia berlangsung. Di New York saya hanya sempat diskusi di Kantor Perwakilan BI dan pergi ke factory outlet di Woodburry (agak jauh sih dari New York). Dalam perjalanan ke Woodburry saya melewati Sungai Manhattan, Brooklyn Bridge, dan melihat lanskap New York dari kejauhan. Cantik sekali, saya sampai mau menangis. Bahkan matahari seolah selalu ingin bertengger di posisi terbaik untuk memberikan sinar paripurnanya. Can

BERTEMU PAK ERWIN (catatan perjalanan AS bagian 6)

Di dinas kemarin, bagian yang menurut saya penting, selain membuat resume diskusi dengan bank sentral dan ekonom adalah sesi ngobrol dengan Bapak-bapak. Ini maksudnya bukan Bapak-bapak yang ketemu di jalan terus ngobrol-ngobrol ya . Kebetulan saya adalah satu-satunya perempuan di rombongan kunjungan kerja kali ini. Sejujurnya, saya sering sekali mempersiapkan obrolan dengan orang yang baru dikenal. Kalau saya bisa, biasanya kepo dulu orangnya seperti apa, latar belakangnya dari mana, supaya saya bisa menciptakan obrolan berbobot yang membuatnya tertarik. Bukannya mau fake , tapi menurut saya sayang sekali kalau kita bisa bertemu dengan orang hebat tetapi menyia-nyiakannya hanya dengan cheap talk seperti, “Pak, anaknya ada berapa?” atau “ohh anak Bapak tiga, ada yang sudah nikah?” atau “Bapak aslinya mana?” Enggak jarang juga sih saya bahas hal seperti itu, tetapi dalam rangka revolusi mental saya harus berubah (terJokowi 2017 hahaha ). Dalam perjalanan ini saya sangat terkesan

DINAS ATAU JALAN-JALAN (catatan perjalanan AS bagian 5)

Saya selalu setuju sekaligus tidak setuju tentang pendapat enak banget ya kantor kamu jalan-jalan terus atau eh, buang uang negara deh jalan-jalan doang paling kerjanya sebentar . Berbicara tentang travelling , dalam kehidupan sehari-hari saya memang bukan tipe orang yang mengalokasikan perhatian besar untuk jalan-jalan tahunan, semesteran, atau triwulanan. Bahkan untuk liburan ke Bandung saja saya suka menunggu dinas di akhir pekan biar hemat, shameless confession ya ini haha . Siapa sih yang tidak suka jalan-jalan, tetapi dari kecil papa saya selalu bilang, “Mia jadi orang pinter ya biar bisa kemana-mana gratis”, karena beliau dulunya juga penikmat jalan-jalan jauh gratisan dari kantor. Refreshing buat saya bisa melalui banyak hal, seperti main sama suami dan anak, ngobrol sama temen, beli jilbab atau bahkan nonton di bioskop aja rasanya sudah senang.  Rapat dengan tim Kantor Perwakilan Bank Indonesia New York Hal yang paling terasa bahwa jalan-jalan karena dinas kur

SALAH JALAN (catatan perjalanan AS bagian 4)

Di tulisan ini saya akan memberikan pengakuan, bahwa sering kali saya merasa salah jalan. Saya merasa pilihan-pilihan pekerjaan yang saya ambil cukup ‘ajaib’. Singkat cerita, sejak kuliah saya sangat ingin menjadi dosen, tetapi saya sadar bahwa tidak sepintar itu untuk dapat menjadi pengajar. Pasca lulus S1 saya berpikir untuk terlebih dahulu bekerja di sektor privat dan publik untuk mendapatkan sense yang memadai sebelum nantinya melanjutkan sekolah dan menggapai cita-cita menjadi dosen. Sejauh ini saya memang masih berada di track sesuai rencana, tetapi menjalani cita-cita ternyata tak semudah bayangan. Pekerjaan saya sangat berbeda dengan yang umumnya digeluti teman-teman – yang mungkin di usia hampir lima tahun pengabdiannya ini sudah naik jabatan. Dalam Buku Lean In, Sheryl Sandberg menuliskan satu bagian khusus mengenai karir sebagai a jungle gym, not a ladder . Lebih luas dari itu menurut saya baik ladder maupun jungle gym  sama-sama metode sebagaimana adanya di dunia ker