Langsung ke konten utama

Postingan

Hari-hari Menjadi Ibu

Hampir tujuh tahun menjadi ibu, sekarang jadi sadar bahwa perjuangan dan perjalanan yang luar biasa itu bukan sekedar jargon atau ungkapan klise. Di dua sampai tiga tahun pertama merasakan mengurus bayi hingga batita membuat aku sadar tentang: 1. Hal yang biasa terlihat mudah, ternyata luar biasa menantang Sebut saja, menyusui, menyuapi anak sampai bisa makan sesuai porsi, tetap tenang ketika mereka sakit, atau tidak menangis ketika ASI yang baru kita perah tumpah. Hal-hal tersebut tidak pernah terpikir akan menantang ketika aku belum merasakan sendiri. 2. Ibu merespon apa yang dia dengar dan dia baca dengan cara berbeda Aku akan terima saja kalau dibilang baper, tetapi memang setelah melewati banyak proses rasanya jadi ibu membuatku lebih thoughtful dalam berucap dan menulis. Karena ibu merasakan apa yang ia dengar dan ia baca dengan mendalam, sambil memutar kembali rekaman peristiwa yang ia alami. Hal ini tidak remeh, karena mengasah empati. Suatu skill yang penting dimiliki seseor
Postingan terbaru

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak kisah indah, unik, atau mela

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba

Buah Tangan dari London

Menulis adalah hal pertama yang selalu ingin saya lakukan. Setiap habis ngobrol sama teman, tatkala mendapat pencerahan ketika kuliah, saat lihat tempat, benda, bangunan bagus, atau setiap baca tulisan menarik. Namun, seringkali saya sendiri yang mengingkarinya. Alasannya banyak, solusinya satu: kembalilah menulis. London, dengan segala keindahan dan kegetiran di dalamnya, telah menjadi bagian penting dari hidup saya. Sembilan bulan yang merubah banyak hal. Durhaka rasanya melumat berbagai pengalaman dan pemikiran itu sendirian, saya akan merekamnya di serial Buah Tangan dari London di blog ini. Sekalipun bukan laman yang sering dilewati orang, setidaknya dokumentasi ini akan penting bagi saya sendiri. Selayaknya foto di dinding kamar, setiap kata akan jadi pengingat bahwa banyak hal yang perlu dikenang, disyukuri, dan jadi penyemangat. Dan harapannya, tulisan-tulisan ini akan bermanfaat bagi siapapun yang sudi lewat.  Selamat menikmati :)

Merayakan Rasa Takut

Seorang anak bersembunyi di balik selimut agar tidak melihat lampu yang padam Seorang janda memilih diam di rumah karena enggan difitnah macam-macam Sekelompok rusa berlarian menggambarkan rasa takutnya akan pertanda alam Semua ketakutan Semua menghindari sumbernya Mana bisa berjumpa Bagaimana kau bisa menghalau, apalagi menakhlukkannya Menemuinya saja kau tak mau Mereka tak salah Hanya memilih pasrah Dunia yang memberikan cap di kening mereka tentang hal yang selalu membuat resah Bahwa mereka tidak akan mampu mengatasinya Si rasa takut Aku pun di lingkaran yang sama Harusnya suara-suara itu tak ada Mereka memang tak ada Hanya kita yang salah karena mengiyakan Bahwa kita tak bisa Bahwa kita akan kalah Bahwa kita pasti menderita Dan suara dari diri kita itulah yang paling berbahaya Kita kerap enggan menerima Hadapi saja Diri bisa merayakan rasa takut 

Hidup yang Tak Semarak

Dari kecil saya hidup di rumah yang ramai bersama tiga saudara kandung, mama, dan beberapa asisten rumah tangga yang sudah dianggap keluarga sendiri. Ketika masih tinggal di Jogja, rumah kami berdekatan dengan simbah, pakdhe, dan budhe , sehingga sepi dan sendiri bukan hal yang biasa buat saya. Hal lain yang cukup dominan dalam keluarga saya adalah karakter super ekspresif. Bila sedang seru bercerita, mama saya bisa mencubit gemas lawan bicaranya. Begitu pun kalau ada anak bayi yang makannya banyak, pasti dengan ekspresif dibilang, “wah pintar” dengan mata berbinar dan nada agak meninggi. Ini bukan tulisan parenting , tentang bagaimana mengatasi anak susah makan atau pro dan kontra dalam memuji anak . Tradisi itulah yang membuat saya bisa dibilang orang yang sangat bersemangat dan selalu menunggu momen-momen bahagia dengan segala semaraknya. Barulah ketika mengenal Riski, saya paham bahwa hidup tak semarak itu bisa jadi menyenangkan. Suami saya ini cukup introvert sekalipun ia ju

Untuk Agis

Agis, apa kabarmu, Nak? Sudah hampir tiga bulan ibu enggak kelonin Agis, enggak nemenin Agis main lego, enggak bikinin Agis sarapan. Ibu harap Agis sehat. Ibu harap Agis bahagia disana. Nak, sepertinya ibumu lebih lemah darimu. Setiap ibu telpon Agis, ibu tak tahan untuk tidak menangis. Sebaliknya, Agis terus ceria dan menghibur ibu. Berkali-kali ibu berpikir, apakah ini jalan yang benar-benar ibu inginkan. Dan, apakah ibu akan kuat menjalani ini sampai akhir. Dan bila sebaliknya, Agis disini menemani ibu kuliah tanpa ditemani ayah, apakah kita bisa? Wallahu alam. Setiap hari ibu lihat foto Agis, video Agis, berjam-jam. Ibu ingat setiap malam kita menyanyi bersama. Bahkan saat ini setiap ibu telepon Agis selalu minta dinyanyikan lagu Snow Man. Ibu senang setiap diminta begitu karena tandanya Agis rindu Ibu. Rindu, namun usiamu terlalu muda untuk gundah dan menangisi apa yang tersembunyi di dalam hati. And I know, you always smarter than I have ever been . S