Langsung ke konten utama

Untuk Agis

Agis, apa kabarmu, Nak?

Sudah hampir tiga bulan ibu enggak kelonin Agis, enggak nemenin Agis main lego, enggak bikinin Agis sarapan.

Ibu harap Agis sehat. Ibu harap Agis bahagia disana.

Nak, sepertinya ibumu lebih lemah darimu. Setiap ibu telpon Agis, ibu tak tahan untuk tidak menangis. Sebaliknya, Agis terus ceria dan menghibur ibu.


Berkali-kali ibu berpikir, apakah ini jalan yang benar-benar ibu inginkan. Dan, apakah ibu akan kuat menjalani ini sampai akhir. Dan bila sebaliknya, Agis disini menemani ibu kuliah tanpa ditemani ayah, apakah kita bisa? Wallahu alam.

Setiap hari ibu lihat foto Agis, video Agis, berjam-jam. Ibu ingat setiap malam kita menyanyi bersama. Bahkan saat ini setiap ibu telepon Agis selalu minta dinyanyikan lagu Snow Man. Ibu senang setiap diminta begitu karena tandanya Agis rindu Ibu. Rindu, namun usiamu terlalu muda untuk gundah dan menangisi apa yang tersembunyi di dalam hati. And I know, you always smarter than I have ever been.

Setiap hari, sebelum tidur, tangan ibu meraba kasur dengan gemetaran. Ibu mencari barangkali Agis ada di sebelah untuk dipeluk. Tapi Agis tidak ada dan ibu sangat sedih.

Ibu selalu berdoa agar bisa bertemu Agis di dalam mimpi. Allah Maha Penyayang, tak jarang doa ibu dikabulkan. Meski mimpi tidak banyak menepis kerinduan ibu.

Setiap hari, di jalan, di stasiun, di supermarket, aku melihat ibu lain menggendong anaknya. Tak lama ibu harus menunduk, lagi-lagi menahan tangis. Ibu harusnya sedang menggendong Agis juga, menemani les balet dan beli Kinder Joy sebelum pulang.

Agis, penerang hidup ibu. Semoga Agis tidak sedih disana. Semoga Agis juga tidak merasa ibu tak sayang Agis. Tidak Nak, ibu berpisah sementara dari Agis bukan karena tidak sayang. Dan juga bukan karena ada hal yang lebih penting dari Agis. Hal itu tidak akan pernah ada di dalam hidup seorang ibu. Agis harus percaya.

Nanti kalau Agis sudah dewasa, akan ada saatnya kamu dihadapkan pada berbagai pilihan sulit. Dan bila saat itu datang, Agis pasti lebih kuat dari ibu. Agis telah ditempa dengan ujian yang sangat berat. Ini sangat berat baik bagi ibu maupun Agis.  Ibu selalu berdoa agar apapun pilihan sulit itu nantinya, semoga Agis tidak pernah merasakan sakitnya tinggal berjauhan dari anak yang paling disayang. Ibu akan menemani Agis sekolah bila perlu.

Ikhtiar ini akan membawa kita ke tempat yang lebih dekat dengan cita-cita ayah, ibu, dan Agis. Dan bila kita berhasil melalui rintangannya, insya Allah keluarga kita akan lebih kuat dan dewasa. Itu kata ayah. Agis harus selalu bersyukur ya, punya ayah yang sangat baik. Ibu tidak pernah bisa berhenti mensyukuri pernikahan kami, sedetik pun.

Nak Gis, kita telah setengah jalan. Setelah ini tidak akan ada lagi jarak darimu dan ibu di dalam kamus hidup Agis. Sampai Agis memilih jalan hidup Agis sendiri. Ibu akan memeluk Agis setiap malam, membacakan Agis puluhan buku sebelum tidur, menemani Agis menggambar, dan mengantar Agis ke sekolah. Agis jangan khawatir.

Agis ingat selalu ya apa yang dari dulu ibu setiap hari bilang. Agis itu kesayangan ibu, nomor satunya ibu.

Di bahwa langit gelap London,
18 November 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari-hari Menjadi Ibu

Hampir tujuh tahun menjadi ibu, sekarang jadi sadar bahwa perjuangan dan perjalanan yang luar biasa itu bukan sekedar jargon atau ungkapan klise. Di dua sampai tiga tahun pertama merasakan mengurus bayi hingga batita membuat aku sadar tentang: 1. Hal yang biasa terlihat mudah, ternyata luar biasa menantang Sebut saja, menyusui, menyuapi anak sampai bisa makan sesuai porsi, tetap tenang ketika mereka sakit, atau tidak menangis ketika ASI yang baru kita perah tumpah. Hal-hal tersebut tidak pernah terpikir akan menantang ketika aku belum merasakan sendiri. 2. Ibu merespon apa yang dia dengar dan dia baca dengan cara berbeda Aku akan terima saja kalau dibilang baper, tetapi memang setelah melewati banyak proses rasanya jadi ibu membuatku lebih thoughtful dalam berucap dan menulis. Karena ibu merasakan apa yang ia dengar dan ia baca dengan mendalam, sambil memutar kembali rekaman peristiwa yang ia alami. Hal ini tidak remeh, karena mengasah empati. Suatu skill yang penting dimiliki seseor

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak kisah indah, unik, atau mela

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba