Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba

Buah Tangan dari London

Menulis adalah hal pertama yang selalu ingin saya lakukan. Setiap habis ngobrol sama teman, tatkala mendapat pencerahan ketika kuliah, saat lihat tempat, benda, bangunan bagus, atau setiap baca tulisan menarik. Namun, seringkali saya sendiri yang mengingkarinya. Alasannya banyak, solusinya satu: kembalilah menulis. London, dengan segala keindahan dan kegetiran di dalamnya, telah menjadi bagian penting dari hidup saya. Sembilan bulan yang merubah banyak hal. Durhaka rasanya melumat berbagai pengalaman dan pemikiran itu sendirian, saya akan merekamnya di serial Buah Tangan dari London di blog ini. Sekalipun bukan laman yang sering dilewati orang, setidaknya dokumentasi ini akan penting bagi saya sendiri. Selayaknya foto di dinding kamar, setiap kata akan jadi pengingat bahwa banyak hal yang perlu dikenang, disyukuri, dan jadi penyemangat. Dan harapannya, tulisan-tulisan ini akan bermanfaat bagi siapapun yang sudi lewat.  Selamat menikmati :)

Merayakan Rasa Takut

Seorang anak bersembunyi di balik selimut agar tidak melihat lampu yang padam Seorang janda memilih diam di rumah karena enggan difitnah macam-macam Sekelompok rusa berlarian menggambarkan rasa takutnya akan pertanda alam Semua ketakutan Semua menghindari sumbernya Mana bisa berjumpa Bagaimana kau bisa menghalau, apalagi menakhlukkannya Menemuinya saja kau tak mau Mereka tak salah Hanya memilih pasrah Dunia yang memberikan cap di kening mereka tentang hal yang selalu membuat resah Bahwa mereka tidak akan mampu mengatasinya Si rasa takut Aku pun di lingkaran yang sama Harusnya suara-suara itu tak ada Mereka memang tak ada Hanya kita yang salah karena mengiyakan Bahwa kita tak bisa Bahwa kita akan kalah Bahwa kita pasti menderita Dan suara dari diri kita itulah yang paling berbahaya Kita kerap enggan menerima Hadapi saja Diri bisa merayakan rasa takut