Langsung ke konten utama

Jauh


Panasnya Jogja mengingatkan saya pada neraka. Padahal tidak pernah kesana, aneh sekali. Beberapa kali saya kurang menyukai siang yang teriknya berlebihan. Membakar kulit adalah risiko ke sekian yang saya pikirkan, tetapi kemampuan matahari untuk mendekap mata hingga mengriyip sungguh tidak membuat nyaman.

Apa yang salah dengan siang, apa yang salah dengan matahari. Siang sering mengajarkan tentang kenikmatan meneguk segelas jus segar. Siang juga membiarkan saya merasakan teduhnya rumah.

Saat balita saya sering sekali menangis pada pukul 19.00. Sedih sekali mengetahui bahwa hari beranjak malam. Yang artinya penghuni rumah akan segera terlelap, yang artinya lagi dunia saya akan menjelma sepi. Hal itu terjadi karena kebiasaan saya tetap terjaga di malam hari, dan sedihnya hantu selalu dicitrakan akan keluar tengah malam.

Malam sama tak bersalahnya. Setelah dewasa saya merasakan kekuatan malam sebagai ruang kontemplasi paling nyaman. Malam membuat lampu kota terlihat ratusan kali lebih cantik. Hampir selalu. Sepertiga malam jadi tempat paling sejuk untuk para pencari Tuhan.

Malam dan siang, panas dan dingin, tinggi dan rendah, besar dan kecil. Tak ada yang salah dengan salah satu dari setiap padanan kata sifat tersebut. Masing-masing darinya adalah dua mata koin yang mesti jadi pilihan. Kadang kita juga tak punya pilihan, lantas buat apa risau. Menerima saja dan kemudian menikmati selalu jadi solusi paling solutif.

Dari kesemuanya itu, ada sepasang kata sifat yang buat saya mutlak jadi pembeda hidup hari ini. Jauh dan dekat.


Jauh adalah saat adik saya harus pergi dan untuk menemuinya butuh usaha yang luar biasa besar. Jauh adalah saat selama sepuluh tahun ayah harus menunggu akhir pekan untuk pulang ke Jogja bertemu istri dan anaknya. Jauh adalah saat para sahabat pergi ke pantai bersama dan merayakan ulang tahun, tetapi saya hanya bisa "ikutan" dengan melihat gambarnya. Jauh adalah saat seorang ibu menangis karena anaknya harus kembali ke perantauan setelah mudik beberapa hari. Jauh butuh bermenit-menit setiap hari untuk menekan sesak di hati agar logika bisa kembali sadar untuk melanjutkan perjuangan.

Silahkan temukan semua pembenaran bahwa jauh itu baik, tetapi kita butuh jujur bahwa jauh hampir selalu tak menyenangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak...

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba...

Dalaila Gisdara

Sebuah frase yang masih membuat saya sedikit geli tiap kali diucapkan, ketika kami ke klinik anak untuk imunisasi misalnya. Sebuah nama lengkap yang 100 persen dibuat oleh ayahnya, semudah mencuplik nama Dalai Lama dan Gusdur. Sejak awal kami berkomitmen untuk membuat nama yang sederhana dan Indonesia banget. Kendatipun demikian masih banyak yang bilang nama ini rumit dan berat. Yasudah, mudahnya panggil saja dia Agis. Agis punya wajah yang manis, entah, sampai sekarang masih dalam perdebatan mirip siapakah bayi ini. Saya suka sekali dengan senyumnya yang menyapa di pagi hari dan setiap malam sepulang saya dari kantor. Saya juga suka sekali dengan tangisnya saat minta minum atau merasa popoknya sudah tidak lagi nyaman. Saya menyukai tiap senti yang ada pada Agis, entah indah atau tidak. Kadang masih tidak percaya bahwa Agis adalah bagian dari saya, bahwa keberadaannya dimulai dari kehidupan saya.  Beberapa minggu setelah melahirkan Agis, saya sempat m...