Apa yang salah dengan rupa-rupa kita yang berbeda, kalau hati kita sama putihnya..
Apa yang ironis dengan aku yang suka utara, lantas kau yang di selatan mengatakanku tak imbang, padahal kau sendiri tak ingin menjamah utaraku..
Apakah perlu kusampaikan kalau aku benar-benar ingin kutub-kutub ini berdamai, karena kurasa hal itu tak penting bila ku tak melakukan apa-apa..
Kau berkata aku cacat hati dengan segala tampakku yang tak ingin terlalu sering merunduk, namun kau buta dan tuli saat kau juga tak mau mengubah pandanganmu padaku.
Bahkan saat ku mencoba, kau hanya tersenyum sekelebat, lalu kembali memakiku.
Apa salah jika ku terbiasa tidur di kasur empuk, sedangkan kau mengikrarkan bahwa orang macam aku ini tak tahu apapun tentang dunia.
Nasib ini, jalan ini, bukan pilihanku, tapi pilihan orang tuaku dengan usaha mereka, dan kehendak Tuhan yang memberikan suratan ini..
Tahukah kamu, kita, kamu, maupun aku, punya peran yang sama, punya beban yang sama beratnya, punya sisi angkuh masing-masing, dan sebuah kerapuhan..
Apa orang berpakaian bagus tak boleh ikut menyapu sudut pilu jalanan kota kita?
Aku sama denganmu, terlahir sama, hidup dengan segala tuntutan yang sama, dan kelak akan mati dalam bentuk yang sama..
Tak bolehkahkah aku ingin berlari sekuat kamu..
Kadang aku ingin berhenti.
Aku tak peduli dengan urusan ini, aku lelah dengan kamu..
Sungguh, aku tak apa merasa lelah, aku tak apa kau bilang tak mampu, tapi berhenti menghinaku di belakang.. Tolong berhenti, aku tak suka mendengarnya.. Karena percayalah, aku tak pernah ingin menghinamu, walau aku merasa kau bergitu hina dengan berucap sesuatu serendah itu.
Tapi aku sadar, kamu hanya masalah kecil, aku punya banyak yang lebih besar, bahkan semangatku lebih kuat dari kamu..
Kamu selalu banyak yang membela, lantas untuk itu kamu merasa benar..
Aku tak mencari pembelaan, aku tak ingin dikasihani, kalaupun banyak belaan, biarkan itu jadi semangatku, bukan senjataku untuk menyerang kamu..
Aku begitu menyayangimu seperti saudaraku, ku tak ingin hanya karena ego, kita hancur bersama kesia-siaan.
Maaf sahabat, aku memang banyak mengalah untukmu akhir-akhir ini, atau akhir-akhir kemarin, tapi untuk ini ku tak mau..
Tolong jangan hentikan langkahku dengan umpatanmu, karena kamu hanya akan lelah, aku tetap akan berlari demi cita-cita ini, demi kita semua. Sungguh bukan hanya untukku,
Tak apa bila kau masih saja merendahkanku disana, sekarang aku hanya ingin berterima kasih, karena aku lelah menangis.
Terima kasih karena kau telah menguatkanku di setiap tamparanmu..
Apa yang ironis dengan aku yang suka utara, lantas kau yang di selatan mengatakanku tak imbang, padahal kau sendiri tak ingin menjamah utaraku..
Apakah perlu kusampaikan kalau aku benar-benar ingin kutub-kutub ini berdamai, karena kurasa hal itu tak penting bila ku tak melakukan apa-apa..
Kau berkata aku cacat hati dengan segala tampakku yang tak ingin terlalu sering merunduk, namun kau buta dan tuli saat kau juga tak mau mengubah pandanganmu padaku.
Bahkan saat ku mencoba, kau hanya tersenyum sekelebat, lalu kembali memakiku.
Apa salah jika ku terbiasa tidur di kasur empuk, sedangkan kau mengikrarkan bahwa orang macam aku ini tak tahu apapun tentang dunia.
Nasib ini, jalan ini, bukan pilihanku, tapi pilihan orang tuaku dengan usaha mereka, dan kehendak Tuhan yang memberikan suratan ini..
Tahukah kamu, kita, kamu, maupun aku, punya peran yang sama, punya beban yang sama beratnya, punya sisi angkuh masing-masing, dan sebuah kerapuhan..
Apa orang berpakaian bagus tak boleh ikut menyapu sudut pilu jalanan kota kita?
Aku sama denganmu, terlahir sama, hidup dengan segala tuntutan yang sama, dan kelak akan mati dalam bentuk yang sama..
Tak bolehkahkah aku ingin berlari sekuat kamu..
Kadang aku ingin berhenti.
Aku tak peduli dengan urusan ini, aku lelah dengan kamu..
Sungguh, aku tak apa merasa lelah, aku tak apa kau bilang tak mampu, tapi berhenti menghinaku di belakang.. Tolong berhenti, aku tak suka mendengarnya.. Karena percayalah, aku tak pernah ingin menghinamu, walau aku merasa kau bergitu hina dengan berucap sesuatu serendah itu.
Tapi aku sadar, kamu hanya masalah kecil, aku punya banyak yang lebih besar, bahkan semangatku lebih kuat dari kamu..
Kamu selalu banyak yang membela, lantas untuk itu kamu merasa benar..
Aku tak mencari pembelaan, aku tak ingin dikasihani, kalaupun banyak belaan, biarkan itu jadi semangatku, bukan senjataku untuk menyerang kamu..
Aku begitu menyayangimu seperti saudaraku, ku tak ingin hanya karena ego, kita hancur bersama kesia-siaan.
Maaf sahabat, aku memang banyak mengalah untukmu akhir-akhir ini, atau akhir-akhir kemarin, tapi untuk ini ku tak mau..
Tolong jangan hentikan langkahku dengan umpatanmu, karena kamu hanya akan lelah, aku tetap akan berlari demi cita-cita ini, demi kita semua. Sungguh bukan hanya untukku,
Tak apa bila kau masih saja merendahkanku disana, sekarang aku hanya ingin berterima kasih, karena aku lelah menangis.
Terima kasih karena kau telah menguatkanku di setiap tamparanmu..
kadang keseimbangan itu membuat kedamaian hatimu terusik, hal yang tinggi dalam kenyamananmu harus terdepresiasi oleh pemakluman terhadap seseorang. Biarlah itu terjadi, sebagai ganti dari penambahan kedewasaanmu.
BalasHapusHai temanku yang selalu bersemangat berlari, harga air matamu terlalu mahal untuk terbuang sia-sia, jangan biarkan cahayamu meredup, biarlah semua rasa penatmu itu menguap bersama air mata itu, setelah kau menangis jangan biarkan air mata itu kembali lagi sebab kita tidak ingin menangis untuk hal yang sama.
tajamkan hati untuk melihat sekitar, lunakkan ia dengan senyuman terbaikmu rahmia
benar uci, siapapun yang menjegalku hanya memiliki tak lebih dari 10 persen semangat dari sahabat yang baik macam kamu dan yang lainnya. terima kasih :)
BalasHapuswah mi walau kamu nulis se implisit mungkin tapi aku mmembaacanya eksplisit..
BalasHapusditusuk orang dari belakang yang merasa dirinya paling tough ya mi *vulgar kalau bener*
CMIIW
smeangat mi
memangnya dia tau siapa kamu sebenarnya hahhaa
(gak nyambung sekilas tapi bener kan)
Semangat Mia :) btw, blog baru lagi ya? hehe
BalasHapusgupita : benar sekali. aku galau banget.. tapi kita ga pernah boleh kalah sama yang begituan. keep semangat!
BalasHapusasdo : thanks yaa.. iya do, nanti kita saling berkunjung ya :)
wah rahmia,
BalasHapusaku nggak gitu paham kalau ada orang curhat begini. tapi aku bisa merasakan pesan mendalam dari keterusikan hati mu.
iya itu emang malesi bet.
cuma bisa dibales dengan pembuktian kalau kita nggak sedangkal yang "siapapun itu" kira.
wah mi.. aku males dinilai orang apalagi klo dinilai nya ga enak.
BalasHapusdinilai aja aku males apalagi diusik...
semangat mi... :)
buang hal mengganggu dalam pikiranmu...
cope : iya cop. bener apa salah itu subjektif. mungkin aku harus banyak belajar menerima..
BalasHapusgel: hehehe.. aku ngerasa kamu tu aku banget. aku juga ga suka dinilai. tapi gimana lagi, sekarang ini sata-saat dimana memang harus dinilai. mungkin suatu hari bisa bebas berpikir seperti sedia kala lagi.. bebas ngapain aja juga :)
semangat!
Anggun....
BalasHapussuka cara Rahmi menuliskan semua perasaan atau kesedihan mungkin, menjadi rangkaian kata, kalimat yang tetap terbaca dengan anggun atau apakah namanya....huruf menari dan bercerita.
seperti menunjukan sebuah karakter, penulisan atau mungkin orangnya...
terima kasih..
BalasHapusyang jujur bagi saya memang selalu memiliki makna lebih
salam kenal :)
mia,,aku ijin copast yaaa...
BalasHapusbagus bgd tulisanmu...
minta ijin...