Langsung ke konten utama

Rapuh

Apa yang salah dengan rupa-rupa kita yang berbeda, kalau hati kita sama putihnya..

Apa yang ironis dengan aku yang suka utara, lantas kau yang di selatan mengatakanku tak imbang, padahal kau sendiri tak ingin menjamah utaraku..

Apakah perlu kusampaikan kalau aku benar-benar ingin kutub-kutub ini berdamai, karena kurasa hal itu tak penting bila ku tak melakukan apa-apa..

Kau berkata aku cacat hati dengan segala tampakku yang tak ingin terlalu sering merunduk, namun kau buta dan tuli saat kau juga tak mau mengubah pandanganmu padaku.

Bahkan saat ku mencoba, kau hanya tersenyum sekelebat, lalu kembali memakiku.

Apa salah jika ku terbiasa tidur di kasur empuk, sedangkan kau mengikrarkan bahwa orang macam aku ini tak tahu apapun tentang dunia.

Nasib ini, jalan ini, bukan pilihanku, tapi pilihan orang tuaku dengan usaha mereka, dan kehendak Tuhan yang memberikan suratan ini..

Tahukah kamu, kita, kamu, maupun aku, punya peran yang sama, punya beban yang sama beratnya, punya sisi angkuh masing-masing, dan sebuah kerapuhan..

Apa orang berpakaian bagus tak boleh ikut menyapu sudut pilu jalanan kota kita?

Aku sama denganmu, terlahir sama, hidup dengan segala tuntutan yang sama, dan kelak akan mati dalam bentuk yang sama..

Tak bolehkahkah aku ingin berlari sekuat kamu..

Kadang aku ingin berhenti.

Aku tak peduli dengan urusan ini, aku lelah dengan kamu..

Sungguh, aku tak apa merasa lelah, aku tak apa kau bilang tak mampu, tapi berhenti menghinaku di belakang.. Tolong berhenti, aku tak suka mendengarnya.. Karena percayalah, aku tak pernah ingin menghinamu, walau aku merasa kau bergitu hina dengan berucap sesuatu serendah itu.

Tapi aku sadar, kamu hanya masalah kecil, aku punya banyak yang lebih besar, bahkan semangatku lebih kuat dari kamu..

Kamu selalu banyak yang membela, lantas untuk itu kamu merasa benar..

Aku tak mencari pembelaan, aku tak ingin dikasihani, kalaupun banyak belaan, biarkan itu jadi semangatku, bukan senjataku untuk menyerang kamu..

Aku begitu menyayangimu seperti saudaraku, ku tak ingin hanya karena ego, kita hancur bersama kesia-siaan.

Maaf sahabat, aku memang banyak mengalah untukmu akhir-akhir ini, atau akhir-akhir kemarin, tapi untuk ini ku tak mau..

Tolong jangan hentikan langkahku dengan umpatanmu, karena kamu hanya akan lelah, aku tetap akan berlari demi cita-cita ini, demi kita semua. Sungguh bukan hanya untukku,

Tak apa bila kau masih saja merendahkanku disana, sekarang aku hanya ingin berterima kasih, karena aku lelah menangis.



Terima kasih karena kau telah menguatkanku di setiap tamparanmu..

Komentar

  1. kadang keseimbangan itu membuat kedamaian hatimu terusik, hal yang tinggi dalam kenyamananmu harus terdepresiasi oleh pemakluman terhadap seseorang. Biarlah itu terjadi, sebagai ganti dari penambahan kedewasaanmu.

    Hai temanku yang selalu bersemangat berlari, harga air matamu terlalu mahal untuk terbuang sia-sia, jangan biarkan cahayamu meredup, biarlah semua rasa penatmu itu menguap bersama air mata itu, setelah kau menangis jangan biarkan air mata itu kembali lagi sebab kita tidak ingin menangis untuk hal yang sama.

    tajamkan hati untuk melihat sekitar, lunakkan ia dengan senyuman terbaikmu rahmia

    BalasHapus
  2. benar uci, siapapun yang menjegalku hanya memiliki tak lebih dari 10 persen semangat dari sahabat yang baik macam kamu dan yang lainnya. terima kasih :)

    BalasHapus
  3. wah mi walau kamu nulis se implisit mungkin tapi aku mmembaacanya eksplisit..

    ditusuk orang dari belakang yang merasa dirinya paling tough ya mi *vulgar kalau bener*
    CMIIW

    smeangat mi
    memangnya dia tau siapa kamu sebenarnya hahhaa
    (gak nyambung sekilas tapi bener kan)

    BalasHapus
  4. Semangat Mia :) btw, blog baru lagi ya? hehe

    BalasHapus
  5. gupita : benar sekali. aku galau banget.. tapi kita ga pernah boleh kalah sama yang begituan. keep semangat!

    asdo : thanks yaa.. iya do, nanti kita saling berkunjung ya :)

    BalasHapus
  6. wah rahmia,
    aku nggak gitu paham kalau ada orang curhat begini. tapi aku bisa merasakan pesan mendalam dari keterusikan hati mu.

    iya itu emang malesi bet.
    cuma bisa dibales dengan pembuktian kalau kita nggak sedangkal yang "siapapun itu" kira.

    BalasHapus
  7. wah mi.. aku males dinilai orang apalagi klo dinilai nya ga enak.

    dinilai aja aku males apalagi diusik...
    semangat mi... :)
    buang hal mengganggu dalam pikiranmu...

    BalasHapus
  8. cope : iya cop. bener apa salah itu subjektif. mungkin aku harus banyak belajar menerima..

    gel: hehehe.. aku ngerasa kamu tu aku banget. aku juga ga suka dinilai. tapi gimana lagi, sekarang ini sata-saat dimana memang harus dinilai. mungkin suatu hari bisa bebas berpikir seperti sedia kala lagi.. bebas ngapain aja juga :)

    semangat!

    BalasHapus
  9. Anggun....
    suka cara Rahmi menuliskan semua perasaan atau kesedihan mungkin, menjadi rangkaian kata, kalimat yang tetap terbaca dengan anggun atau apakah namanya....huruf menari dan bercerita.
    seperti menunjukan sebuah karakter, penulisan atau mungkin orangnya...

    BalasHapus
  10. terima kasih..
    yang jujur bagi saya memang selalu memiliki makna lebih

    salam kenal :)

    BalasHapus
  11. mia,,aku ijin copast yaaa...
    bagus bgd tulisanmu...
    minta ijin...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak...

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba...

Dalaila Gisdara

Sebuah frase yang masih membuat saya sedikit geli tiap kali diucapkan, ketika kami ke klinik anak untuk imunisasi misalnya. Sebuah nama lengkap yang 100 persen dibuat oleh ayahnya, semudah mencuplik nama Dalai Lama dan Gusdur. Sejak awal kami berkomitmen untuk membuat nama yang sederhana dan Indonesia banget. Kendatipun demikian masih banyak yang bilang nama ini rumit dan berat. Yasudah, mudahnya panggil saja dia Agis. Agis punya wajah yang manis, entah, sampai sekarang masih dalam perdebatan mirip siapakah bayi ini. Saya suka sekali dengan senyumnya yang menyapa di pagi hari dan setiap malam sepulang saya dari kantor. Saya juga suka sekali dengan tangisnya saat minta minum atau merasa popoknya sudah tidak lagi nyaman. Saya menyukai tiap senti yang ada pada Agis, entah indah atau tidak. Kadang masih tidak percaya bahwa Agis adalah bagian dari saya, bahwa keberadaannya dimulai dari kehidupan saya.  Beberapa minggu setelah melahirkan Agis, saya sempat m...