Langsung ke konten utama

Bung Karno di Tengah Hujan

Sebuah siang di 15 april

Hujan membelai kota ini..
Di waktu empuk dan luang, saya bisa rebahan sambil mikir
Setelah penat dari urusan akademik dua minggu belakangan

Entah mengapa, seketika kuingat akan bapak bangsa, Bung Karno
Saya tak teramat fanatik padanya
Menikah dengan beberapa wanita dalam jangka waktu yang berdekatan, dan masih punya beberapa simpanan di banyak kota, bagi saya menyusutkan karisma beliau
Tapi saya akui, Bung Karno tak tertandingi dalam berorasi dan negosiasi
Bangga rasanya untuk sekedar tahu bahwa bangsa ini punya pemuda macamnya
Tak pernah ia biarkan kita bagai bangsa rendahan, pidatonya selalu sukses mengangkat dagu rakyat



Berandai-andai,
Bila saya bisa bertemu bung karno, ingin rasanya saya tanyakan tentang statementnya puluhan tahun lalu, "Beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan goncangkan dunia"

Saya terlalu sederhana, tak ingin sampai guncangkan dunia. Cukupkah punya lima pemuda untuk porsi saya?
Lantas berapa dunia yang dapat digoncangkan dengan pemuda sebanyak yang ada di kampus?

Bagaimana resepnya, Pak?

Komentar

  1. jadi inget waktu kapan itu aku ke solo aku mendapat ceramah cerita eyang waktu jaman perjuangan. kata eyangku,yang pernah menonton orasi beliau,
    bung karno itu supercakep dan superberkarisma, mi.
    sampae eyangku bilang, "bagush tenan sa bagus2 e wong "

    bung karno kalau lihat keadaan sekarang gimana ya..

    BalasHapus
  2. Bung Karno di tengah hujan, SBY di tengah badai! :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak...

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba...

Dalaila Gisdara

Sebuah frase yang masih membuat saya sedikit geli tiap kali diucapkan, ketika kami ke klinik anak untuk imunisasi misalnya. Sebuah nama lengkap yang 100 persen dibuat oleh ayahnya, semudah mencuplik nama Dalai Lama dan Gusdur. Sejak awal kami berkomitmen untuk membuat nama yang sederhana dan Indonesia banget. Kendatipun demikian masih banyak yang bilang nama ini rumit dan berat. Yasudah, mudahnya panggil saja dia Agis. Agis punya wajah yang manis, entah, sampai sekarang masih dalam perdebatan mirip siapakah bayi ini. Saya suka sekali dengan senyumnya yang menyapa di pagi hari dan setiap malam sepulang saya dari kantor. Saya juga suka sekali dengan tangisnya saat minta minum atau merasa popoknya sudah tidak lagi nyaman. Saya menyukai tiap senti yang ada pada Agis, entah indah atau tidak. Kadang masih tidak percaya bahwa Agis adalah bagian dari saya, bahwa keberadaannya dimulai dari kehidupan saya.  Beberapa minggu setelah melahirkan Agis, saya sempat m...