Langsung ke konten utama

Surat yang Tak Pernah Sampai



Menulis surat

Tak terlalu digemari lagi, tapi masih sering aku menulisnya. Tak banyak beda antara baca dan tulis, sampai semua kata jadi kehilangan arti. Terlalu sering, terlalu banyak.

Setiap surat memiliki amplopnya, Pak Pos menunggu untuk antarkan, dan penerima menunggu si bapak itu, mengintip lewat jendela kamar setiap pagi.

Utopia penulis surat yang melankolis.

Nyatanya. Tak semua nama yang dituju berniat membaca surat yang tak lebih berharga dari kertas yang tergeletak dengan beberapa goresan tinta. Kedua, kalaupun baca, mereka belum tentu paham benar apa maknanya, jangan-jangan kadang surat itu dikira salah alamat. Kasihan Pak Pos.

Tapi aku tetap menulis, lagi dan lagi, sampai habis yang ada dalam hati, tumpah-tumpah menggenangi ruang literasi.

Siapapun penerimanya, ku cukupkan untuk hanya membuat surat itu. Menulisnya dan simpan rapat dalam amplop jingga. Tak ada yang tahu.

Kedalamannya. Pesan yang paling ingin ku katakan ada di dalam surat yang tak pernah sampai.

Komentar

  1. eh rahmia.
    kamu belum nge link aku ya.

    engg.. kayaknya aku udah lama ga nulis surat, karena tidk ada lagi yang bisa menyentuh hati dan membuat tangan ingin mewakili bibir.

    BalasHapus
  2. eh kapan ya nulis surat? surat cinta? surat lamaran (najessss)suratan takdir???


    NB: woi koq ga bisa subscribe pake yahooo yaaaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak...

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba...

Rapuh

Apa yang salah dengan rupa-rupa kita yang berbeda, kalau hati kita sama putihnya.. Apa yang ironis dengan aku yang suka utara, lantas kau yang di selatan mengatakanku tak imbang, padahal kau sendiri tak ingin menjamah utaraku.. Apakah perlu kusampaikan kalau aku benar-benar ingin kutub-kutub ini berdamai, karena kurasa hal itu tak penting bila ku tak melakukan apa-apa.. Kau berkata aku cacat hati dengan segala tampakku yang tak ingin terlalu sering merunduk, namun kau buta dan tuli saat kau juga tak mau mengubah pandanganmu padaku. Bahkan saat ku mencoba, kau hanya tersenyum sekelebat, lalu kembali memakiku. Apa salah jika ku terbiasa tidur di kasur empuk, sedangkan kau mengikrarkan bahwa orang macam aku ini tak tahu apapun tentang dunia. Nasib ini, jalan ini, bukan pilihanku, tapi pilihan orang tuaku dengan usaha mereka, dan kehendak Tuhan yang memberikan suratan ini.. Tahukah kamu, kita, kamu, maupun aku, punya peran yang sama, punya beban yang sama beratnya, punya sisi angkuh masing...