Langsung ke konten utama

The Opening

In the night that surrounded by sorrow, I lay down in my bed, feel the comfort of soft sheet. My parents lived so far away from here, but I know they’re happy there, so it’s okay to stay without them. My little sister that lived here, in the same place, not talk too much with me frequently. I declare, silent is my best friend, at least for this couple weeks. Everything were blended together, recently. Like a big hurricane, like a soft flow that drag me away somewhere. My faith, aim, passion, happiness, pride, conciousness, wrecked. Altough cheessy, I’m not afraid to say that I had the worst part in my life. bitterness that I cannot spit, sound that can’t voiced, stertorous that cruel cannot be taken out. Like savor the deepest loneliness and emptyness.

In my recent journey to west, but I’m not looking for that epic about ‘scripture’, I found some of my species that asked too much about anything, everything. Even about the world creature, Creator. Found an answer like count for maths and econometrics, with regression, and proving that looked. Kind a new horizon of thinking for me, but I don’t know why, I still love God for the most. In my rebellion and inquity to Him that often happen, I found a magnificient feeling that couldn’t describe by whatsoever thing. But the most simple thing I want to say, is that He makes me not afraid of anything, He makes me always able to stongly convince myself that everything will be okay. He guide me to be a better person without any direct judgement, He accept me for whoever I am. His almighty let me do love him in a simple way, but reversely He loves me with His enormous power.

Then, in the same journey, I went to library in Scandinavian with my ‘ideological’ friend that pursued me to read commentation of Quran. He explained his melancholy feeling, unusually, that he’s one of the most logical person that I know.

On those lines of text, I forgot everything. My sorrow, dubiety, and vanity. It was too easy make me fascinated on the gorgeous writtings. I can fall in love like for first time when read the opening of many kinds of book. But I'm really sure, that I won’t fascinated by ‘the other’ opening, after that time.

This opening translated by Abdullah Yusuf Ali, I can pronounce it well in that native language from the time that I was 3 and I know the translation in Bahasa. Indeed, I can sing the song of that.



I always know that as Al-Fatihah, the frabjous opening.

The Opening

In the name of God, Most Gracious, Most Merciful.
Praise be to God, the Cherisher and Sustainer of the world
Most Gracious, Most Merciful
Master of the Day of Judgment.
Thee do we worship, and Thine aid we seek.
Show us the straight way,
The way of those on whom Thou hast bestowed Thy Grace,
those whose (portion) is not wrath, and who go not astray.


I heart Allah
Jogjakarta, March 6 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalam Upacara Perpisahanku

Malam itu puluhan orang berkumpul, di ruang yang tak punya tembok, atap, lantai, maupun jendela Mereka tidak masuk lewat pintu, tetapi dari sesuatu bernama tautan   Sambutan demi sambutan, cerita indah hingga sedih, saut menyaut Ingin rasanya aku menanggapi tiap kisah yang mereka lontarkan Misalnya, ketika ada yang bilang aku orang yang tegar -- padahal tidak jarang aku mengeluh dan menangis diam-diam Atau.. Ketika ada yang mengatakan masih punya utang janji padaku, rasanya ingin kutagih tunai malam itu juga   Tapi apa, aku tak ada..  Di daftar nama peserta itu, namaku tak nampak Di layar itu, fotoku tak terlihat Ternyata begini rasanya bisa menyembunyikan tawa dan tangis tanpa harus menutup  microphone  atau kamera -- yang biasa aku lakukan beberapa bulan ini, setiap hari   Dalam upacara tersebut, tidak ada lagi kesal.. Tak ada lagi benci.. Tuntas sudah yang belum selesai Yang ada hanya rasa sayang, rasa syukur aku pernah bertemu mereka dan mencipta banyak...

Jalan Kesana

Kata mama saya, sejak dulu anaknya ini terobsesi dengan Inggris. Asumsi yang didasari oleh hobi masa kecil saya mengumpulkan post card gratisan dari majalah Bobo. Salah satu favorit saya waktu itu yang bergambar Princess Diana. Gak paham lagi, dia anggun banget dan berjiwa sosial, super ngefans! Waktu kecil belum paham tentang skandal percintaannya, jadi tiada celah baginya wkwk. Lalu suatu hari saya pasang post card tersebut di album foto, di sebelah gambar saya lagi tiup lilin ulang tahun ke-5. Kayaknya random aja waktu itu, bukan ala ala sikap yang penting untuk dikenang bertahun-tahun kemudian. Saya sendiri lupa sama sekali kejadian itu. Dan ingin ke London karena entah kenapa saya penasaran sama Inggris, belum pernah kesana, dan negara itu tampak sangat unik. Banyak musikus yang karyanya saya nikmati berasal dari Inggris, seperti The Beatles, Elton John, Sting, Coldplay. Saya selalu yakin nuansa sebuah kota berpengaruh terhadap jiwa seni warganya, semacam Jogja atau Ba...

Dalaila Gisdara

Sebuah frase yang masih membuat saya sedikit geli tiap kali diucapkan, ketika kami ke klinik anak untuk imunisasi misalnya. Sebuah nama lengkap yang 100 persen dibuat oleh ayahnya, semudah mencuplik nama Dalai Lama dan Gusdur. Sejak awal kami berkomitmen untuk membuat nama yang sederhana dan Indonesia banget. Kendatipun demikian masih banyak yang bilang nama ini rumit dan berat. Yasudah, mudahnya panggil saja dia Agis. Agis punya wajah yang manis, entah, sampai sekarang masih dalam perdebatan mirip siapakah bayi ini. Saya suka sekali dengan senyumnya yang menyapa di pagi hari dan setiap malam sepulang saya dari kantor. Saya juga suka sekali dengan tangisnya saat minta minum atau merasa popoknya sudah tidak lagi nyaman. Saya menyukai tiap senti yang ada pada Agis, entah indah atau tidak. Kadang masih tidak percaya bahwa Agis adalah bagian dari saya, bahwa keberadaannya dimulai dari kehidupan saya.  Beberapa minggu setelah melahirkan Agis, saya sempat m...