Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Antara Mama dan Sri Mulyani

Hari ini, sambil mencari inspirasi untuk salah satu laporan, saya membaca artikel di Bisnis Indonesia tentang wawancara bersama Sri Mulyani mengenai outlook perekonomian Indonesia 2017. Isinya tidak perlu saya bahas disini. Setelah membaca artikel tersebut mata saya tertuju pada biodata beliau, lahir di Bandar Lampung 1962. Setahun lebih muda dari mama saya.  Di usia yang hanya terpaut setahun, kalau dilihat dari pencapaian karir dan pendidikan, Sri Mulyani menang telak. Pada 2004 beliau telah menjabat sebagai Kepala Bappenas, di saat yang sama mama saya menghabiskan waktunya untuk mengantar jemput saya dan Fida yang masih SMP. Ketika mama saya sedang sangat gamang memilih kebaya wisuda mana yang ingin dia kenakan pada acara kelulusan SMA anaknya, Sri Mulyani, sebagai Menko Perekonomian sedang berpusing-pusing dengan dampak gonjang-ganjing krisis Amerika Serikat. Mama saya sedang berjibaku dengan Agis yang berusia tiga bulan ketika Sri Mulyani menjalani tahun keenamnya menjadi

dua sebelas

bahagia dan sedih aku hari ini kamu makan kue kesukaanmu, merayaan satu hari lagi waktu berkurang takut tapi bosan kubayangkan hari ini bagaimana usia yang memendek akan membawamu pergi tanpa aba-aba dan   bagaimana bosannya kita bila harus hidup selamanya di bumi semu ini dua sebelas entah berapa kali lagi dua sebelas yang berjajar disambut tiup lilinmu entah apa yang kan terjadi di antara para dua sebelas mari rayakan ketidaktahuan yang membawa kita pada hidup hari ini seperti pertemuan kita sore itu di selasar, di depan papan pengumuman mari kita rayakan, hari hadirmu usah risau akan hal yang belum terjadi dan belum tentu mantramu kupandangi kalender, sebelas sebelas enam belas

Rahasia

Tak ada sore, dan udara menjadi segar Tak ada gelap, lalu mata enggan menatap Tak ada bintang mati, butiran pasir terbang ke langit Tak ada fajar, hanya remang malam semua telah hilang Terserap matahari Harum mawar membunuh bulan Rahasia tetap diam tak terucap Hanya sedang ingin menulis lirik lagu favorit beberapa hari ini. Mungkin secara keseluruhan lagu maknanya tidak secara eksplisit sesuai dengan suasana hati; tetapi melodi, judul, dan bagian awalnya cocok sekali. Kelelahan kadang mematikan, tetapi merasakan kesendirian sambil mendengar lagu ini ternyata sudah cukup jadi obat. Selamat hari Jumat, para pejuang. Setiap lelah pasti berujung...  Rahasia - Payung Teduh